Strategi Bisnis

"Dalang", mengurai dari balik tabir....

Friday, July 01, 2005

Employee Research

EMPLOYEE RESEARCH*
A. B. Susanto**

Berbagai gejolak ketenagakerjaan tampak mencuat akhir-akhir ini. Kondisi ketenagakerjaan sudah banyak mengalami perubahan. Lingkungan sosial politik yang berubah, tingkat pendidikan yang membaik, semangat egaliter yang merebak, serta maraknya wacana demokrasi telah mempengaruhi aspirasi karyawan dan melahirkan para karyawan yang kritis. Kekritisan ini meningkatkan dinamika pengelolaan SDM, yang dapat menimbulkan gesekan-gesekan dan berkembang menjadi letupan-letupan yang dapat mengganggu roda organisasi.

Gangguan itu tidak hanya yang mencuat ke atas menjadi unjuk rasa saja, tetapi juga ketidakpuasan yang terpendam, atau segala masalah yang mengganggu jalannya organisasi
Perubahan ini harus dipahami dengan baik oleh pihak manajemen, dan mempunyai ’pendengaran’ yang tajam terhadap suara, pendapat, keluh kesah dan problema yang dihadapi karyawan. Pendeteksian secara dini terhadap berbagai persoalan yang berkaitan dengan hubungan antara karyawan dengan perusahaan, antar karyawan, antara karyawan dan manajemen, serta antara karyawan dengan pihak eksternal dapat memberikan insight dalam mengantisipasi berbagai masalah yang timbul dan memberikan solusi yang lebih tepat sebelum problema itu membesar dan menjalar. Pendek kata perlu dilakukan tindakan preventif berupa pemahaman secara dini segala permasalahan yang berkaitan dengan karyawan. Mungkin tidak semua ekspektasi karyawan harus dipenuhi, tetapi yang penting harus dikelola dengan baik agar tidak menciptakan kepuasan.

Kendala yang dihadapi pihak manajemen, masalah–masalah riil yang dihadapi karyawan acap sulit ’ditangkap’ melalui jalur komunikasi formal dalam organisasi. Masalah-masalah itu sering beredar sebagai isu, rumor, gosip dan bisik-bisik. Bahkan jika pihak manajemen mencoba menelisik, sering kali terbentur oleh alur komunikasi organisasi yang bersifat hirarkis, serta sumbatan-sumbatan psikologis yang tercipta oleh iklim organisasi.

Tampaknya perlu melibatkan pihak ketiga yang independen untuk menggali informasi berkaitan dengan berbagai persoalan di seputar karyawan. Tetapi posisi independen saja tidaklah memadai. Harus disertai metode yang sistematis dalam wadah riset, yang dikenal sebagai employee research. Riset di kalangan karyawan membutuhkan sensitivitas dan pemahaman organisatoris yang tinggi.

Riset karyawan dapat dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan spesifik yang telah diagendakan sejak awal, seperti : untuk menelusuri gaya manajmen dan efektifitasnya di mata karyawan, komunikasi internal, kerjasama kelompok, kepuasan kerja dan lain-lain. Juga dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi untuk mengetahui sikap karyawan terhadap isu yang diajukan, penilaian tentang praktek yang selama ini dijalankan, serta gambaran mengenai bagaimana karyawan menyampaikan isu tersebut kepada pelanggan.

Namun employee research juga dapat diawali dengan ’menggelindingkan bola salju’ untuk menangkap persoalan-persoalan yang berkembang di lapangan. Tujuannya adalah dapat menangkap isu-isu secara bebas yang mungkin belum terpikirkan oleh pihak manajemen sebelumnya. Dalam fase ini digunakan metode-metode kualitatif. Selanjutnya hasil temuan ini ’diperas’ dan dikuantifikasi agar diketahui seberapa jauh dapat digeneralisasi.

Pada umumnya riset kuantitatif kepada karyawan bertujuan mendapatkan pengukuran yang fair dan obyektif terhadap berbagai dimensi hubungan karyawan dengan perusahaan, antar karyawan maupun antara karyawan dan manajemen. Juga tingkat kepuasan karyawan, tingkat komitmen karyawan dan efektivitas organisasi melalui kuesioner yang komprehensif, terpadu dan terinci. Kesemua hasil informasi ini bermuara kepada pengelolaan ekspektasi karyawan.

Employee research juga dapat dimanfaatkan untuk menjaring gagasan, persepsi, opini, keinginan dan kebutuhan karyawan sebagai umpan balik karyawan tentang kebijakan perusahaan, tentang praktek-praktek manajemen, serta mengetahui sikap karyawan dan perilaku karyawan. Setidaknya employee research akan menunjukkan bagaimana perusahaan dikelola, seberapa jauh efektifitas manajemen SDM, tingkat kepuasan karyawan, tingkat komitmen karyawan dan juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan benchmarking. Hasil employee research dapat dipakai sebagai pijakan dalam penyusunan langkah-langkah pengembangan SDM dan desain program yang tepat.

Hasil informasi employee research dapat dimanfaatkan untuk berbagai sisi kebutuhan perusahaan berkaitan dengan pengembangan perusahaan yang terkait dengan karyawan. Diantaranya adalah menghidupkan komunikasi dua arah, menampung umpan balik dari karyawan dan mengindentifikasi persoalan kinerja. Employee research juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui concern karyawan terhadap suatu aspek yang sedang mendapat perhatian besar dari perusahaan, misalnya orientasi terhadap pelanggan atau produktifitas.

Jadi employee research bukan hanya dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa suatu permasalahan yang terkait dengan karyawan, tetapi juga sebagai masukan untuk pengembangan organisasi. Sebagai alat diagnostik, employee research dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menyusun solusi yang paling tepat. Pendeteksian secara lebih dini memungkinkan tindakan preventif terhadap gejolak yang melanda perusahaan. Dalam konteks pengembangan organisasi, employee research dapat memberikan dukungan informasi yang lebih obyektif, bukan sekedar asumsi-asumsi belaka. Obyektifitas informasi ini akan memperbaiki kualitas pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan dalam pengelolaan SDM.

Sudah sewajarnya jika pihak manajemen, khususnya manajemen SDM, mengagendakan employee research sebagai kegiatan rutin perusahaan yang dijadikan landasan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, menyusun kebijakan dan mengambil keputusan berkaitan dengan organisasi dan pengembangan SDM.

* Dimuat di harian Bisnis Indonesia sekitar medio Januari 2004
** Managing Partner The Jakarta Consulting Group

0 Comments:

Post a Comment

<< Home